Entah darimana perasaan itu muncul,
padahal sedikitpun aku tidak pernah mencarinya.
Ini semua benar diluar kendaliku.
Semestinya, senyum dan canda tawamu tidak berarti apa-apa untukku.
Sapamu yang menggemaskan seharusnya bukan menjadi alasan aku tersenyum setiap waktu.
Semua mengalir dengan damainya, menghabiskan waktu bersama untuk tertawa dengan lepas, dan senda gurau yang sudah aku anggap amat biasa mulai menjadi hal yang lain dimataku.
caramu berbicara pun kini terlihat beda, tatapan matamu, gaya bicara tubuhmu, suaramu, itu semua menghipnotisku untuk selalu melengkungkan senyum dihadapmu.
aku tau semua mendadak berubah menjadi begitu indah saat segala pembicaraan sederhana menjadi amat spesial bagiku dan menjadi perhatian yang sederhana pula, apalagi ketika kamu mengenalkan aku pada banyak perasaan yang dulu sempat tidak aku percaya.
Entahlah, diam diam aku sering menulis tentangmu, tersenyum tanpa sebab ketika membaca pesan singkat darimu, dan kini, hari hariku terisi oleh adanya kamu bahkan sempat tidak mau berhenti memikirkan kamu. Begitu indah bukan ?
Awalnya aku menganggap itu juga kamu rasakan, bukan hanya aku, bukan hanya pada hatiku tapi dihati kamu juga.
perih yang amat dalam itu aku rasakan ketika aku tau kamu berbeda, berbeda dari apa yang aku kira sewaktu itu.
atau mungkin aku yang salah karena aku terlalu cepat mengartikan segala kesemuan yang selalu kamu perlihatkan, atau mungkin juga karena semua kesemuan itu begitu mudah diartikan sesuai dengan naluri seorang wanita.
apakah yang aku kira cinta hanyalah permainan semu, yang meletakkan aku sebagai korban (?)
dan kenapa ya teori "cinta datang karena terbiasa" terjadi di hati aku tapi dihati kamu engga ?
aku hanya bisa bertanya tanya dalam raguku, tidak ada yang menyalahkanmu atau menyalahkanku. Tidak ada yang salah disini mungkin keramahanmu dan perhatianmu yang salah aku artikan sehingga aku sebut itu semua sebagai harapan. Dan kini menjadi harapan palsu.. mungkin ~
sekarang,
semakin hari semakin hilang komunikasi dan terkadang aku masih sempat
merindukan kita yang dulu, yang manis seperti kemarin.Ini semua benar diluar kendaliku.
Semestinya, senyum dan canda tawamu tidak berarti apa-apa untukku.
Sapamu yang menggemaskan seharusnya bukan menjadi alasan aku tersenyum setiap waktu.
Semua mengalir dengan damainya, menghabiskan waktu bersama untuk tertawa dengan lepas, dan senda gurau yang sudah aku anggap amat biasa mulai menjadi hal yang lain dimataku.
caramu berbicara pun kini terlihat beda, tatapan matamu, gaya bicara tubuhmu, suaramu, itu semua menghipnotisku untuk selalu melengkungkan senyum dihadapmu.
aku tau semua mendadak berubah menjadi begitu indah saat segala pembicaraan sederhana menjadi amat spesial bagiku dan menjadi perhatian yang sederhana pula, apalagi ketika kamu mengenalkan aku pada banyak perasaan yang dulu sempat tidak aku percaya.
Entahlah, diam diam aku sering menulis tentangmu, tersenyum tanpa sebab ketika membaca pesan singkat darimu, dan kini, hari hariku terisi oleh adanya kamu bahkan sempat tidak mau berhenti memikirkan kamu. Begitu indah bukan ?
Awalnya aku menganggap itu juga kamu rasakan, bukan hanya aku, bukan hanya pada hatiku tapi dihati kamu juga.
perih yang amat dalam itu aku rasakan ketika aku tau kamu berbeda, berbeda dari apa yang aku kira sewaktu itu.
atau mungkin aku yang salah karena aku terlalu cepat mengartikan segala kesemuan yang selalu kamu perlihatkan, atau mungkin juga karena semua kesemuan itu begitu mudah diartikan sesuai dengan naluri seorang wanita.
apakah yang aku kira cinta hanyalah permainan semu, yang meletakkan aku sebagai korban (?)
dan kenapa ya teori "cinta datang karena terbiasa" terjadi di hati aku tapi dihati kamu engga ?
aku hanya bisa bertanya tanya dalam raguku, tidak ada yang menyalahkanmu atau menyalahkanku. Tidak ada yang salah disini mungkin keramahanmu dan perhatianmu yang salah aku artikan sehingga aku sebut itu semua sebagai harapan. Dan kini menjadi harapan palsu.. mungkin ~
aku hanya minta cintailah aku sepenuhnya atau tidak sama sekali, jangan buang-buang waktu kita dan aku akan anggap yang lalu adalah sebuah pengabaian yang mengajariku pengalaman hidup tentang cinta.
dan aku yakin suatu nanti kamu pasti sadar, tidak ada seorangpun yang bisa mencintaimu, sedalam... sekuat... dan sehebat aku J