Pages

Zulfa dan kawan kawan

Zulfa dan kawan kawan

Senin, 25 Maret 2013

UnTittle


 Setiap orang punya kisah masing masing, begitu pula dengan ceritaku bersama dia J
“Gigih” dialah pria tampan yang selalu aku banggakan, menurutku dia pria yang sangat idealis, secara fisikly dia hampir sempurna, secara otak dia cukup cerdas, dia pria yang amat bertanggung jawab dan gigih dengan pendiriannya, yah.. sesuai dengan namanya.
mungkin itu bukan hanya bagiku tapi juga bagi wanita wanita lain.
dia bisa buat aku merasa jadi wanita paling beruntung karena bisa memilikinya sampai detik ini.
setiap bertemu denganku, dia lebih banyak bercerita tentang kepeduliannya terhadap lingkungan.
yaah.. entahlah, sifatnya benar-benar bertolak belakang denganku tapi walau begitu dia selalu melengkapi dan memperbaiki kebiasaan burukku.
Seperti setiap aku membuang bungkus snack dengan sesukaku, dia selalu memungutnya dan menyimpan sampah itu disaku ataupun langsung dibuang ketempat sampah terdekat (kalau ada). Seperti itu terus, yahh.. sampai pada akhirnya aku amat marah dan kesal dengannya, ketika aku sedang jalan berdua dan mengajak ia mengobrol, dia malah sibuk memungut sampah yang ada disepanjang jalan.
“kamu tuh kenapa sih ? ngapain coba kamu mungutin sampah gitu, itu kan kotor” ucapku waktu itu.
tapi dia malah tidak menjawab, dan seolah tidak memperdulikan kataku sedikitpun.
“GIGIH, kamu denger aku engga sih ? bisa engga sih kamu hargain aku ? aku ini cewek kamu, apa sampah itu jauh lebih penting daripada aku ?” bentakku kesal.
Aku benar benar kesal saat itu, entah kenapa aku tidak bisa mengontrol emosiku, uluh mata tulus mengalir perlahan, menggenang dipelupuk mata, terjun bebas menuju pipiku, aku benci kondisi seperti ini, aku benci ketika tiba tiba saja aku menangis meskipun aku berusaha untuk tetap terlihat kuat. Dan Gigih hanya menatapku dalam diamnya.
entah apa yang ada diotakku, waktu itu aku berniat untuk lari tapi ketika aku hendak membalikkan badanku, tangan hangatnya memegang erat tanganku, seolah bumi berhenti berotasi dan ikut merasakannya.
“ Ayu..” panggilnya untuk menahan langkahku.
Dia memanggil namaku dengan suara yang amat halus, seakan dia ingin menyuruhku untuk tidak pergi dari sini.
tatapan matanya seakan membuatku terlihat amat bodoh dihadapnya, dan dengan amat halus dia menyentuh pipiku untuk mengusap airmata ini.
“Ayu, tidakkah kamu berfikir semua yang aku lakukan ini untuk kebaikan kita dan orang banyak?” tanyanya.
aku sangat bingung waktu itu.
“iya aku tau,, tapi.. kalo Cuma kamu yang sadar akan lingkungan itu ngga akan merubah apapun” jawabku.
“kamu salah ayu, percayalah.. perubahan sekecil apapun itu akan membawa kedalam dampak yang besar, walaupun itu semua butuh proses, dan Gigih harap Ayu bisa ngerti dan ikut mendukung apa yang gigih maksudkan, jadi ayu ngga boleh menyampah lagi yaa”  dengan senyum dan sabarnya dia menjelaskan hal itu.
aku hanya menganggukan kepala saat itu, dan aku sangat membenarkan kata katanya.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar